Dunia, 1 January 2011, 02.45.11 WIB
Kepada Kekasihku
Pria yang bersemanyan di hatiku
Salam air mata dan kehangatan cinta
Kutuliskan sebuah jeritan kepadamu,
agar engkau juga tahu isi hatiku, isi hati yang tak bisa ku ungkapkan dengan
lisan kepadamu walaupun hanya melalui telepon.
Duhai kekasihku.
Belum berselang sehari kisah mesra
yang kita bina, kisah mesra yang mampu menembus angan dan harapanku tuk hidup
bersamamu di dunia ini. Semoga dan kuharap kau juga tidak langsung melupakan
semua itu, begitu juga aku, sayang. Masih terbanyang di mata ini, awal
kedatanganmu kerumahku, berpamitan pada kedua orang tuaku dan akhirnya kita
berselancar diatas motor menuju tempat yang kau (bukan aku) inginkan.
Hanya membutuhkan waktu 30 menit
untuk mencapai rumah yang telah ditata bagaikan tempat hiburan malam yang
katamu adalah rumah kawanmu. Aku terpaku, terdiam, hening dan heran. Walau
sebenarnya tempat ini ramai oleh muda - muda dan musik yang hingar
bingar.
Duhai kekasihku.
Kau bisikkan kata sayang dan janji
ke telinga mungilku sambil kau dekapkan tanganmu di pinggangku. Mesra dan ini
yang ku inginkan. Hanya ini, tak lebih. hanya rasa sayang dan nyaman berada
dalam dekapanmu.
Waktu terus berlalu dan pesta terus
berlanjut. Aku ingat semua itu sayang, walau tubuhku sudah mulai terlihat
pusing oleh ulah kawan - kawan mu yang menyodorkan segelas minuman berwarna
ungu yang tak dan belum pernah aku lihat apalagi aku rasakan. Aku menegaknya
dan matapun terasa berat. Aku berjoget, begitu juga kau. Semua berjoget dan
menari riang.
Kulihat jam dinding dengan samar
menunjukkan angka 11 lewat 47 menit malam itu. Semua semakin bersemagat, suara
terompet sudah mulai di uji coba, sebagai persiapan menyambut tahun baru.
Tubuhku sudah mulaimlemas, pikiranku waktu itu sudah mulai tidak waras, aku
hanya ingin terus berada dalam dekapanmu, dalam kecupanmu dan dalam belaianmu.
Aku terlelap dan tak sadrkan diri
sebelum terompet kemeriahan tahun baru ditiup serentak bersama suara - suara
mercun yang mnggelegar di udara.
Sayang, aku tak tahu berapa lama aku
tak sadarkan diri, aku tak tahu apa yang telah terjadi dan aku hanya tahu bahwa
aku terbangun masih disana, masih ramai tapi bukan di ruangan yang tadi. Itu
tempat tidur sayang dan aku hanya diselimuti kain sarung tanpa pakaian yang aku
kenakan tadi.
sayang, aku tak bermaksud untuk
begini dalam merayakan tahun baru ini karena baru kali ini aku kelaur di malam
tahun baru yang katanya sangat menyenangkan tetapi mengapa harus berakhir pahit
bagiku.
Sayang, kau mengatakan dengan tegar
epadaku bahwa kau telah merenggut perawanku, telah khilaf karena tak bisa
menahan nafsu di depan ku, di depan cewekmu yang telah tak berdaya. Kau dengan
bersikap dewasa berjanji untuk bertanggung jawab kepaku. sayang aku bangga
padamu. Kau mau berjanji dan aku percaya janjimu. Alku tak sedih lagi walau
perawanku telah kau renggut karena engkaulah yang au cintai. Aku harap kau
mengerti sayangku.
Setelah beres-beres dan pamitan pada
kawan-kawan yang lain yang juga sudah hendak pulang. Kau ajak diriku
meninggalkan tempat pertama kali aku bercumbu dengan pria yang aku cintai. Saat
itu aku masih bahagia sayang dan aku tak ingin berpikri aku akan menderita.
Jam tanganku telah menunjukkan pukul
1.20.11 WIB, ketika aku sampai kekamarku. Kita beruntung karena orangtuaku tak
mengunci pintu rumah sehingga aku bisa masuk tanpa membangunkan mereka. Kau pun
pamit dan hilang di kegelapan malam. Mungkin hanya itu saat-saat terakhir kita
sayang. Saat - saat kebersamaan kita. Karena setelah aku rebahkan badan, rasa
dosa telah berbuat nista denganmu terus menghantuiku, seakan menguntitku dan
berteriak; kau wanita jalang”. Aku tak kuasa sayang, aku tak sanggup. Aku tak
mampu dan tak bisa. Batinku tertekan dan aku shock sayang.
Akhirnya kuputiuskan untuk menulis
sepucuk surat yang kualamatkan kepadamu walau tidak kutulis namamu. Akan
kukirimkan kabar ini kepadamu lewat cerita yang kan kau dengarkan dari orang
lain.
Seandainya kau masih mengingatku dan
masih ingin mengulang kejadian tahun baru itu. Aku siap sayang. Tapi kau pun
harus siap karena aku tak mampu hidup lagi di dunia ini karena apa yang telah
kuperbuat bersamamu.
Kekasihku.
Ini malam terakhirku dan malam terakhir
bagi kita bersama. Dengan berat hati aku terpaksa membayar malu ini dengan
nyawaku. Selamat tinggal sayang, bawalah bahagiaku bersamamu dan biarlah kubawa
sengsara dan nista kita ke alam lain.
Tertanda kekasihmu
Nista “Sang dara mantan Perawan”
REP
| 01 January 2011 | 04:38 1104
19
1 dari 2 Kompasianer menilai Aktual
kisah linduajicom
Tidak ada komentar:
Posting Komentar