Pada awal tahun 1980-an ada
ulama sakti mandraguna yang bernama Kiyai Jured . Kiyai tersebut sudah mengenal
akan kemashuran Abah anom. Suatu hari Kiyai Jured memiliki rencana untuk
menguji karomah Abah Anom dengan kesaktian yang dimilikinya.
Kiyai Jured datang ke Pondok
Pesantren Suryalaya dengan satu bus dengan membawa 70 santrinya. Semua
santrinya disebar di sekitar pondok pesantren. Kiyai Jured masuk sendirian.
Tidak disangka Abah Anom sudah berada di depan madrasah dan menyuruh Kiyai
Jured untuk masuk ke madrasah beserta 70 santrinya yang tersebar tadi.
Kiyai Jured merasa heran akan kasyaf
(penglihatan bathin) Mursyid TQN tersebut.
Abah Anom kemudian mempersilahkan untuk makan dulu kepada Kiyai Jured
dan para santrinya. Di dalam madrasah Kiyai Jured memuji Abah Anom tentang
pesantrennya yang luas dan indah, tetapi dibumbui dengan kritikan yang halus
tentang kekurangan pesantrennya. Yaitu tidak ada burung cendrawasih yang
terkenal dengan bulunya yang indah dari Papua/Irian.
Abah Anom hanya tersenyum dan
menimpalinya dengan jawaban singkat,” Tentu saja, Kiyai.” Di luar dugaan
setelah Abah Anom menjawab begitu, burung cendrawasih yang berbulu indah itu
tiba-tiba melayang-layang di dalam madrasah dan sesekali hinggap. Hal ini
membuat Kiuai Jured diam seribu bahasa terpesona akan karomah Abah Anom.
Namun , Kiyai Jured penasaran
dan tidak mau kalah , Kiyai Jured meminta Abah anom untuk mengangkat peci yang
telah diisi yang sebelumnya dicoba oleh para santrinya tidak terangkat.
Subhanallah hanya dengan tepukan tangan Abah Anom ke lantai , peci itu
melayang-layang. Kiyai Jured merasa malu dan kalah lagi
Selanjutnya Kiyai Jured
mengeluarkan batu yang telah disediakan sebelumnya kemudian ia pukul batu itu
dengan kekuatannya sehingga batu itu terbelah menjadi dua bagian. Lalu satu
belahan diberikan kepada Abah Anom . Kiyai Jured meminta kepada Abah Anom untuk
memukulnya seperti yang dilakukan kiyai Jured. Dengan rendah hati Guru Mursyid
K H. Shohibul Wafa Tajul ‘arifin Qds alias Abah Anom menjawab,” abah tidak bisa
apa-apa yang bisa membelah itu hanya Allah, Abah hanya minta pada Allah, itupun
bila Allah mengizinkan. Selanjutnya batu itu diusap oleh tangan Mursyid Abah
Anom dan batu itu berubah menjadi air.
Kiyai Jured tambah penasaran
lalu ia menyuruh muridnya membawa sebuah kelapa, lalu kelapa itu diserahkan
kepada Abah Anom. Kiyai Jured meminta kepada Abah Anom supaya di dalam kelapa
tersebut berisi ikan yang mempunyai sifat dan bentuk tertentu. Dengan hati rendah Abah Anom
menjawab” seharusnya minta kepada Allah saja bukan pada Abah sebab Abah tidak
bisa apa-apa, jangan minta yang aneha-aneh’’ Namun karena Kiyai Jured terus
memaksa maka Abah Anom berdoa kepada Allah. Setelah itu menyuruh kelapa itu
untuk dibelah. Atas izin Allah di dalam kelapa itu ada ikan sesuai permintaan
Kiyai Jured.
Setelah kejadian itu Kiyai Jured
menangis dipangkuan Abah Anom dan memohon maaf atas semua kesalahan dan
kesombongannya. Kiyai Jured memohon kepada Abah Anom untuk diangkat jadi
muridnya, dan menjadi seorang pengamal Tarikat Qodiriyah wanNaqsabandiyyah.
Atau TQN.
Kiyai Jured lalu ditalqin sampai
dia menangis dan tertidur dipangkuan
Abah Anom. Dan ketika ia bangun sudah berada di mesjid. Sekian wallu’alam bi
shawwab.
(HUSNU MUFID)
Di tulis kembali oleh lindu Aji
dari Tabloid POSMO edisi 643 hal 5.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar